Kamis, November 10, 2022

Pendidikan itu Harus Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis, Bukan Kritik Loh!! #NgajiPendidikan01

Kemampuan berpikir kritis (critical thinking) adalah kemampuan fundamental yang harus dimiliki oleh "produk" pendidikan. Bagi saya, jika tidak terwujud kemampuan tersebut, maka lembaga tersebut bisa dinyatakan "gagal".

Berpikir kritis adalah kemampuan membaca segala sesuatu secara komprehensif. Berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpikir dengan rasional, tertata dan memahami hubungan antara ide dan/atau fakta. Berpikir kritis bisa membantu kita dalam menentukan apa yang kita percayai.

Berpikir kritis merupakan kemampuan berpikir dengan jernih dan rasional mengenai apa yang yang harus dilakukan atau apa yang harus dipercayai serta mampu membuat penilaian yang rasional, logis, sistematis, dan dipikirkan secara matang.

Saya kutipkan beberapa pendapat pakar. Robert Ennis seorang filsuf Amerika memberikan catatan bahwa berpikir kritis merupakan penalaran mengenai keyakinan dan tindakan yang masuk akal dan berfokus pada memutuskan apa yang dipercayai atau yang dilakukan.

Michael Scriven profesor ahli ilmu perilaku dan organisasional yang berasal dari Claremont Graduate University, menyatakan bahwa berpikir kritis merupakan proses disiplin intelektual untuk secara aktif dan terampil membuat konsep, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan/atau mengevaluasi informasi.

Jadi, kemampuan berpikir kritis akan jadi modal dalam menghadapi kehidupan nyatanya.

Seseorang yang berpikir kritis otomatis akan memiliki kemampuan berpikir kreatif, suka melibatkan orang atau unsur lain dalam memberikan solusi. Dan orang yang berpikir kreatif tidak akan gelisah menghadapi perubahan zaman yang begitu pesat. Karena ia dapat menyesuaikan dengan perubahan zaman. 

Setiap pendidik harus mewajibkan dirinya untuk menjadikan setiap peserta didiknya memiliki tradisi berpikir kritis. Orang yang memiliki pemikiran kritis tidak akan pernah tertipu meskipun menggunakan jargon agama. Justru malah akan memiliki semangat kemandirian yang kokoh. Ingat kritis itu bukan kritik. Orang yang berpikir kritis akan mudah untuk menyampaikan kritik, bukan sebaliknya. Wallahu a'lamu bis shawab.


Kereta Jogja-Jakarta, 22 Okt 2022

1 komentar:

  1. Anonim2:46 PM

    Tidak hanya jargon agama yang dapat dipakai untuk "menipu". Saya NKRI, saya wong cilik, NKRI harga mati, saya Pancasila, saya bersama rakyat, saya anti korupsi, bebas suap, bebas pungli, anda memasuki zona integritas, demi rakyat, bisnis legal bukan tipu tipu, bukan MLM.
    Sikap kritis (menilai suatu kejadian, keadaan, perbuatan dengan kaidah/norma/aturan tertentu) tidak otomatis membuat orang mudah melakukan kritik. Sehingga dalam bahasa agama ada 3 level dalam menyampaikan kritik: level tangan, level lisan dan level hati. Allahu a'lam.

    BalasHapus