Puasa adalah ritual keagamaan yang penuh makna yang bernuansa humanis/kemanusiaan. Ibadah puasa kian bermakna jika dilaksanakan dengan disertai pemahaman akan hikmah di dalamnya. Bahkan orang berpuasa termasuk orang yang dirindukan Surga. Sabda Nabi Saw: Surga itu merindukan kepada empat personil; (1) orang yang gemar membaca Al-Quran (tali al-qur'an), (2) Orang yang bisa menjaga lisan (hafidz al-lisan), (3) Orang yang gemar memberi makan orang-orang yang lapar (muth'im al-ji'an), (3) orang yang berpuasa selama dalam bulan Ramadhan (shaim fi ramadhan).
Kerinduan Surga pada para penghuninya ini bukannya tidak beralasan. Empat hal di atas mengandung pendidikan kepedulian sosial yang tinggi. Hanya orang yang peduli terhadap sesamalah yang dinanti surga. Orang yang mau mengajak orang lain masuk surga bersama-sama akan mendapatkan tempat dan fasilitas khusus di dalamnya.
Orang yang gemar membaca Al-Quran adalah perumpamaan bagi orang-orang yang senantiasa melontarkan kata-kata mulia. Jika mendengar perkataannya, makin tentramlah hati kita. Karena kesucian kalam yang keluar darinya. Begitulah karakter kitab Suci Al-Quran.
Orang yang senantiasa menjaga lisan adalah perumpamaan model komunikasi sesama makhluk yang seharusnya. Jangan sampai lidah ini terpeleset mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan hati. Karena lidah ini, orang bisa mendatangkan bencana, kekacauan, fitnah dan bahkan berakhir dengan peperangan. Sakitnya akibat tajamnya lidah lebih sulit mengobatinya dibanding sakit akibat sayatan pedang. Untuk Nabi Muhammad Saw bersabda: "Seorang muslim akan selamat karena kemampuan menjaga lisannya." (HR Bukhari Muslim). Yang seperti itu sangat ditekankan untuk dijaganya saat berpuasa.
Selanjutnya adalah orang yang gemar memberikan makanan pada orang yang kelaparan. Ini adalah praktik riil bagaimana kepedulian itu ditunjukkan dengan kerelaan kita memberikan sebagian harta kita untuk meringankan beban mereka. Minimal dalam bentuk makanan jadi yang tinggal mengkonsumsinya.
Sementara orang yang berpuasa di bulan Ramadhan adalah praktik ritualnya. Dengan puasa, kita bisa merasakah bagaimana posisi dan keadaan orang-orang yang sering kehausan dan kelaparan. Dengan merasa seperti itu, diharapkan kita menjadi sensitif terhadap persoalan-persoalan yang sering dihadapi orang miskin.
Perhatian pada sesama ini sebenarnya akumulasi dari segala jenis ibadah yang diperintahkan Allah Swt. Bahkan ibadah shalat sekalipun. Dalam tertib ritual shalat, di akhirnya masih diperintahkan untuk melakukan tengok kanan dan ke kiri saat salam. Artinya, selain kita berurusan kepada Tuhan, kita tidak boleh melupakan pada orang-orang yang berada di sekeliling kita. Benar jika Allah berfirman, Sesungguhnya shalat itu dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar.
Gambaran orang yang berpuasa dirindukan Surga ini tampak dari cerita Hafs Al-Kabir yang dikutip dalam kitab Raunaq Al-Majalis, bahwa Daud Al-Tha’i suatu ketika tertidur pada awal malam bulan Ramadhan. Dia bercerita: “Aku melihat surga, dan seolah-olah aku berada di pinggir kali yang tersusun dari mutiara dan yaqut. Dan aku melihat sekeliling surga bagaikan matahari bersinar. Aku bergumam: la ila ha illallah Muhammadur rasulullah. Kemudian surga berkata: “La ilaha illallah muhammadur rasulullah. Kami ini diperuntukkan bagi orang-orang yang suka bertahmid, orang-orang berpuasa di bulan Ramadhan, lagi menunaikan ruku’, sujud di bulan Ramadhan." Begitu besar fasilitas bagi orang-orang yang berpuasa. Kini keputusan tinggal di tangan anda, maukah anda dinanti Surga? jika mau, jadilah orang yang peduli dengan sesama.
Dimuat di Harian Tribun Kaltim tanggal 3 Oktober 2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar