Sabtu, Juli 09, 2022

LIMA KARAKTER MANUSIA PASCA RAMADHAN, TOLOK UKUR KESUKSESAN MELEWATI RAMDHAN

 الله أكبر (٩×) كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة واصيلا لا إله إلا الله والله أكبر الله أكبر ولله الحمد الحمد لله الذى هدانا لهذا و ما كنا لنهتدى لولا أن هدانا الله اشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له واشهد أن سيدنا  ونبينا محمداً عبده ورسوله لا نبي بعدهاللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه ومن ولاه ومن تبع هداه إلى يوم لقاء الله أما بعد فيا عباد الله أوصيكم ونفسى بتقوى الله فقد فاز من اتقاه وأطاعه حيث قال الله فى محكم هداه ومن يطع الله ورسوله فقد فاز فوزا عظيما وقد قال رسول الله صلى الله عليه وسلم كل أمتى يدخلون الجنة إلا من أبى قيل ومن يأبى يارسول الله قال ومن أطاعنى دخل الجنة ومن عصانى فقد أبى صدق الله العظيم وصدق رسوله الكريم ونحن على ذلك من الشاهدين و الشاكرين والحمد لله رب العالمين

Jamaah sidang Idul Fitri rahimakumullah.

Hari ini, 1  Syawwal 1443  H yang dikenal oleh kita semua sebagai hari raya idul Fitri adalah hari kebahagiaan, bahagia karena meraih kemenangan dan ketaqwaan. Sebagai seorang muslim, patutlah kita bersyukur atas karunia Allah yang besar ini. Terlebih karena sepertinya negara tercinta ini secara perlahan terbebas dari pandemi menjadi endemic, sehingga kita dapat menjalankan salah satu syariatnya yakni menunaikan shalat berjamaah di masjid. Dan semoga puasa kita dan ibadah yang lainnya adalah wujud syukur kita di kepada Allah Swt. Seorang Muslim yang mampu merasakan bahwa menjalankan ibadah adalah wujud syukur kepada-Nya, adalah wujud keber-Islaman yang tinggi. Ini mengingatkan Ketika Rasul Saw di tanya para sahabat,: “Ya Rasulullah, mengapa engkau masih melaksanakan shalat atau ibadah lainnya, padahal engkau sudah di jamin masuk surga?” Apa jawab Rasul Saw: “Tidak bolehkan aku bersyukur atas segala karunia tersebut?” Sebuah pertanyaan retoris yang luar biasa tinggi pesan dan maknanya.

Maka sudah selayaknyalah kita sebagai umatnya senantiasa bershalawat kepada-Nya sebagai bukti cinta kepadaNya, semoga dapat menjadi wasilah untuk mendapatkan syafaatnya di hari kiamat nanti.

Jamaah Rahimakumullah

Kata Idul Fitri terdiri dari 2 kata “Id” dan “Fitri”. ‘Id artinya adalah kembali, dan fitri artinya suci. Namun dalam Bahasa Arab, kata “fitri” ini memiliki maka khusus, dan beda dengan kata “fitrah”. Kata “Fitri” adalah kesucian yang didapat bagi orang-orang yang telah selesai menunaikan ibadah puasa, artinya ia sedang menikmati indahnya “berbuka”- nya, yang tidak akan pernah dirasakan bagi seorang muslim yang tidak menjalankan puasa. Maka, jika ia disebut hari raya. Maka ia adalah pesta bagi orang-orang yang berpuasa. Yang tidak berpuasa, ibarat tamu yang tidak diundang.

Jamaah Rahimakumullah

Hari ini, kita kumpul di tempat yang dimuliakan Allah, kita menjadi dimuliakan karena ketaqwaan, kita dimuliakan karena keilmuan, kita dimuliakan karena Allah masih beri kita kesempatan untuk menjadi orang dan bersama dalam kesalehan, kita dimuliakan karena kita berada dalam cinta kasih sesama insan yang beriman dan hidup berkebangsaan di negara yang tercinta. Sekali lagi patutlah bagi kita untuk senantias bersyukurlah kepada-Nya.

Kaum Muslimin Muslimat yang berbahagia

Ramadhan telah berlalu meninggalkan kita, selama sebulan penuh kita berjibaku mengisi hari demi hari, malam demi malam dengan penuh semangat peribadatan. Lantas, apakah kita dapat mengetahui keberhasilan puasa kita. Lalu apakah cukup bagi kita merayakan kemenangannya dengan memakai baju baru? Mengapa para ajaran agama menyarankan Hari Raya ini untuk memakai serba baru?

Berkenaan dengan kebiasaan serba membaharui mulai dari busana hingga berbenah rumah, ada sebuah mahfuzhat yang popular:

ليس العيد لمن لبس الجديد و لكنّ العيد لمن تقوئه يزيد

Tidaklah hari raya itu memakai pakaian baru, tapi yang disebut id adalah ketakwaan dan ketaatannya yang kian bertambah.

Allahu akbar walillahilhamd

Mahfuzhat ini memang memberikan kritik atas kebiasaan umat Islam yang lebih berkonsentrasi memperbaharui busana dari ibadahnya. Namun demikian, perintah berbusana serba baru adalah banyak pesan di dalamnya.

Ajaran agama kita banyak menyampaikan pesan dengan menggunakan simbol. Nah, sebenarnya pakaian baru adalah simbol bahwa kita hari ini (yang berpuasa dengan penuh keimanan dan keikhlasan) menempuh hidup baru dan serba baru, dengan keimanan dan ketakwaan baru.

Hakikatnya, orang yang menuntaskan puasa Ramadlan sudah kembali keadaan suci, seperti aslinya. Dalam Bahasa hadis diumpamakan “kayaumin waladathu ummuh” (seperti bayi yang baru dilahirkan). Inilah sebenarnya ciri asal sebagai penduduk surga. Maka, seyogyanya kita saat ini sudah layak menempati surga, karena kita aslinya adalah warga dari Surga. Sebagaimana Rasul Saw bersabda:

 كل أمتى يدخلون الجنة إلا من أبى قيل ومن يأبى يارسول الله قال ومن أطاعنى دخل الجنة ومن عصانى فقد أبى

Artinya:

Setiap ummatku akan masuk surga, kecuali yang enggan. Sahabat bertanya: Siapa yang enggan itu ya Rasulullah? Rasul menjawab: “Barang siapa yang taat kepadaku, maka dia masuk surga, dan barang siapa yang bermaksiat kepadaku, maka dia adalah termasuk yang enggan pulang kampung menuju Surga.

Jawaban Rasul Saw ini menegaskan bahwa seyogyanya seusai Ramadlan ini kita sebagai muslim menunjukkan perilaku sebagai ahli surga. Inilah yang akan menjadikan bahwa kita berhasil memanen Ramadlan jika kita untuk masa-masa ke depan menunjukkan perilaku sebagai penduduk surga.

Jamaah Rahimakumullah

Mari kita perhatikan, beberapa karakter yang terlihat dalam satu paket ayat puasa.

Pertama: Karakter Ketaqwaan. Bahkan takwa menjadi hasil akhir dari puasa.

Secara tegas Allah SWT memberikan penjelasan,

يا ايها الذين آمنوا كتب عليكم الصيام كما كتب على الذين من قبلكم لعلكم تتقون (البقرة: ١٨٣)

Clue ayat di atas adalah “tattaqun” (taqwa). Karakter ketaqwaan adalah sifat multi intellegensia manusia yang komplit sifat kebaikan pada diri insan. Karakter dasar yang melekatkan sifat dan watak yang selalu adaptif, responsif dalam ritme kehidupan yang mendamaikan dan membahagiakan. Bahasa agama menyebutkan “imtitsal awamirihi wajtinabuh nawahihi”

Kaum Muslimin Rahimakumullah

Karakter kedua adalah Karakter Keilmuan. Dalam lanjutan ayat tentang puasa ramadhan, Allah melanjutkan dengan penjelasan karakter keilmuan. Hal ini terlihat dari firman-Nya:

وأن تصوموا خير لكم إن كنتم تعلمون (١٨٤)

Clue ayat di atas adalah “ta’lamun” dengan akar kata “ilmu”, dan ayat lainnya “faman syahida minkumus syahra falyasumhu”. Memulai puasa dan cara berpuasa harus pakai ilmu, tanpa ilmu puasa menjadi kurang bermakna.

Ketaqwaan dan keilmuan laksana dua sisi mata uang yang tak bisa terpisahkan, sebab ibadah tanpa pengetahuan kurang begitu berarti. Ibadah yang dilakukan tanpa ilmu malah melahirkan pemahaman yang salah. Banyak yang terjadi, karena semangat ibadah yang tidak dilandasi ilmu pengetahuan. Sering kita dapati, banyak sebagian dari kita yang giat mengejar yang sunnah tapi mengorbankan yang wajib. Di sinilah, perintah menuntut ilmu didengungkan sejak keluar kanduangan hingga sampai masuk liang lahat.

Jamaah Rahimakumullah

Karakter ketiga adalah Karakter Kesyukuran. Allah Swt. berfirman:

ولتكملوا العدة ولتكبروا الله على ما هداكم ولعلكم تشكرون. (البقرة: ١٨٥)

Clue ayat di atas adalah syukur. Ciri calon penduduk surga adalah senantiasa bersyukur, karena merasa mendapatkan rahmat-Nya. “Senantiasa bersyukur” menghadirkan sosok pribadi insan yang memiliki jiwa yang selalu menghargai segala aneka jenis anugerah dan pemberian.

Sebaliknya, tiadanya karakter dan watak kesyukuran pada pribadi setiap insan akan mudah menghadirkan sifat iri, dengki, cemburu, mencari-cari kesalahan orang dan sejenisnya. Jika sikap syukur hilang pada kepribadian insan, maka jangan pernah berharap untuk menjadi manusia yang paripurna sempurna dalam menikmati dinamika kehidupan.

Pantaslah Sang Nabi Muhammad Saw menasihatkan:

من لم يشكر القليل لم يشكر الكثير ومن لم يشكر الناس لم يشكر الله (أو كما قال صلى الله عليه وسلم)

Siapa yang tak bersyukur dalam kekurangan tentu tak akan        pernah mampu syukur dalam kecukupan, Siapa yang tak bisa berterima kasih sesama manusia, dia tak akan pernah bisa bersyukur kepada Allah Swt.

Tetaplah bersyukur atas segala keadaan, kebahagiaan akan selalu tersemayam dalam di relung hati sanubari kita sekalian.

Allah Akhbar walillahil hamd

Karakter keempat adalah karakter al-mursyidin yakni selalu tercerahkan.

Allah Swt berfirman:

وإذا سألك عبادى عنى فإنى قريب أجيب دعوة الداعي إذا دعانى فليستجيبوا لى وليؤمنوا بى لعلهم يرشدون (البقرة :١٧٦)

Kata “yarsudun” adalah clue karakter keempat yang selalu terbimbing dalam kebaikan. Al-mursyidun adalah karakter yang tak akan mudah terjebak jatuh dalam noda dosa kegelapan, tak akan pernah tergelincir dalam dosa kata dan perkataan, orang yang selalu dalam bimbingan dan pengawasan Seorang mursyid tak akan pernah lengah dan malas dalam menebarkan kebaikan dan keharmonisan di setiap masa, waktu dan lingkungan kehidupan.

Karakter al-mursyidin ini tak akan dapat diraih jika tidak diawali dengan tiga pilar karakter utama yaitu karakter ketaqwaan, keilmuan dan kesyukuran.

Saudaraku seiman yang termuliakan.

Semua hal di atas, lagi-lagi muaranya adalah ketakwaan.

Allah Swt. tegaskan:

كذلك يبين الله آياته للناس لعلهم يتقون (البقرة:١٨٧)

Ketaqwaan paripurna setiap insan terletak dalam kemampuannya mempertahankan keempat karakter yang disebut oleh Allah Swt dalam Al-Quran.

Gelar ketaqwaan menjadi penanda sang Insan telah menghadirkan semua elemen kehidupan dalam balutan keridhaan Allah Swt yang maha memberi keberkahan. Gelar kehormatan dan penghargaan kemuliaan bagi insan yang beriman di mana telah berhasil melewati etape demi etape kehidupan yang sangat menggoyahkan dan menggiurkan. Hanya dengan memiliki karakter ketaqwaan, karakter keilmuan, kesyukuran, keterbimbingan dan kekuatan sempurna ketaqwaan sajalah yang akan mampu menghadapi kehidupan akhir zaman yang sering menghanyutkan dan menggelincirkan.

Allahu Akbar Walillahilhamd

Jamaah rahimakumullah, momentum lebaran ini adalah awal mendeteksi apakah pendidikan selama 1 bulan menuai hasil apa tidak. Jika kita istiqamah dengan tradisi ibadah dan kebaikan untuk 11 bulan ke depan, maka yakinlah puasa kita terindikasi diterima. Tapi jika setelah bulan Ramadhan selesai, kok kita kembali seperti semula, dipastikan pendidikannya mendapti kegagalan alias belum lulus.

Kita sempurnakan puasa ramadlan kita pada hari raya Idul fitri ini dengan menumbuhkan semangat saling memaafkan, saling mengingatkan, saling berbagi kebahagiaan, saling merefleksikan segala sesuatu yang terlewatkan untuk terus kita perbaiki dan tingkatkan..

Akhirnya mari kita berdoa kepada Allah yang maha Rahman agar kita semua menjadi hamba Allah yang sempurna keimanan, sempurna ketaqwaan, sempurna keilmuan, dan kebahagiaan, bahagia keduniawian dan keukhrawian. Amin Allahumma Amiin.

تقبل الله منا ومنكم وصيامنا و صيامكم

وجعلنا الله وإياكم  من العائدين الفائزين المقبولين

بارك الله لى ولكم فى القرآن الكريم ونفعنى وإياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم وتقبل منى و منكم تلاوته أنه هو السميع العليم

Tidak ada komentar:

Posting Komentar